Inilah Saya Bagi Keluarga
dan Kontribusi yang Telah, Sedang dan Akan Saya Berikan Untuk Indonesia
Garut
adalah tempat kelahiran saya, tepatnya saya tinggal di Garut selatan, berbatasan
langsung dengan kabupaten Tasikmalaya. Keluarga kami berpijak di kampung ini sejak
tahun 2000an. Sukawangi namanya, kampong
hijau dengan cuaca dingin dan sepi bak kuburan yang hanya ada rerumputan dengan
suara jangkrik disetiap kesempatan. Menurut deskripsi ini cocok untuk kampong halaman
saya.
Mamah adalah motivator pertama dalam hidup
ini. Saya selalu mengingat pengalamannya. Beliau berkata ingin sekali sekolah tetapi
terhambat dengan biaya dan restu orangtua. Setiap saat dia menangis melihat teman-temannya
sekolah. Dia hanya bisa memandang sekolah
dari balik jendela dengan isak tangisnya. Maka dari itu, mamah sangat mendukung
saya untuk sekolah setinggi-tingginya tentunya supaya saya dapat memiliki akhlak
dan kehidupan yang lebih baik. Bukan hanya
untuk kehidupan. Ternyata tujuan utama mamah begitu mendukung dalam pendidikan
agar saya bisa menjadi suri tauladan bagi adik-adik, Tanggungjawab yang besar bagi saya adalah “Ketika kamu gagal,
maka adik-adikmu gagal pula” ujar paman tertua saya. Kata-kata ini berlandaskan
karena saya merupakan anak sulung dari 5 bersaudara. Adik pertama saya bernama Syifa Siti Rahmawati,dia duduk
di kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Satu Atap Riyadlul Huda. Dia memiliki kelebihan
dengan prestasi-prestasi yang tidak pernah terfikirkan . Dia menjadi juara 3
mendongeng yang dilaksanakan di BAPUSIPDA Bandung. Dan baru-baru ini, dia meraih
juara 3 mendongeng di PALU sebagai perwakilan Jawa Barat. Kekuatan dia dalam membaca
ternyata membuka pemikirannya tentang pentingnya membaca. Adik kedua saya bernama
Annaba Tri Siti Fadillah. Dia memiliki sifat
pemalu. Kepribadiannya pekerja keras, dalam setiap kesempatan kegiatannya membantu
mamah mengurus pekerjaan rumah. Alya Uzma Shahmina adalah adik yang
digadang-gadang sebagai adik paling bontot. Karena hal itu, dia memiliki panggilan
Bungsuning. Belum genap 2 tahun ternyata Bungsuning memiliki adik. Zalfa Atiah Rahmani,
adalah sebuah nama pemberian dari saya dan sesepuh pesantren serta pakLurah di
kampung kami.
Ayah saya seorang pedagang pelastikan sedangkan mamah
seorang ibu rumah tangga. Semua biaya hidup ditanggung oleh ayah. Bebannya terus
bertambah ketika saya masuk kuliah. Bagaimana tidak, karena pada saat masuk perguruan
tinggi lewat jalur mandiri. Beliau harus membayar UKT yang tidak sesuai dengan pendapatannya.
Maka dari itu, Dengan bantuan Beasiswa Baituzzakah Pertamina bisa meringankan beban
keluarga saya.
Berbicara tentang kontribusi yang telah dan sedang saya
lakukan untuk Indonesia, menjadi seorang relawan di Komunitas Ngejah merupakan kegiatan
saya dari tahun 2010 sampai sekarang. Komunitas Ngejah merupakan perkumpulan anak
muda yang memberdayakan masyarakat mengenai literasi. Kegiatan yang saya ikuti sebagai
anggota Ngejah, menjadi peserta pada Pelatihan Jurnalistik Pelajar I & II,
Panitia Pelatihan Jurnalistik III, IV, V, VI, Gerakan Kampung Membaca, Saba
Sakola dan mengikuti kegiatan seperti Live To Share UPI Tasikmalaya, peserta pada
acara Nasional Jambore FTBM 2014, peserta Festival Film Tasik, dan sebagainya. Dalam berbagai acara biasanya tugas saya mempersiapkan
penampilan dari Ngejah Junior. Tak hanya itu, seringkali saya ikut tampil menyumbangkan
sebuah sajak atau musikalisasi puisi. Ngejah Junior merupakan sekumpulan anak-anak
yang aktif membaca di saung Komunitas Ngejah atau mengikuti kegiatan disana. Penampilan
yang disuguhkan biasanya puisi, dramatisasi puisi, musikalisasi puisi, menyanyi
dan menari. Biasanya ketika musim kenaikan kelas tiba saya diminta untuk melatih
upacara adat di Madrasah Tsanawiah atau sekedar menyumbangkan ide untuk penampilan
seni disana.
Memberikan
konstribusi untuk Indonesia merupakan kewajiban saya. Lewat pendidikan, sekarang
saya aktif kuliah S1 program studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini di
Universitas Pendidikan Indonesia. Selain kuliah, saya aktif di organisasi
HIMPUNAN MAHASISWA PGPAUD dan BSO KSR. Di lain kesempatan ketika pulang ke Garut,
saya mengikuti kegiatan di Komunitas Ngejah. Diawali ketertarikan pada dunia anak
kecil dan kebiasaan saya bermain dengan anak-anak merupakan alasan kuat mengambil
program studi PGPAUD. Tak hanya senang dengan anak-anak, membangun pendidikan karakter
di kampong halaman alasan lain mengambil program studi ini. Sudah terbilang banyak
sekolah untuk anak usia dini, tetapi pendidik yang berkualifikasi dalam bidangnya
belum banyak bahkan bisa dikatakan tidak ada. Rata-rata pendidik PAUD disini hanya
lulusan SMA atau bahkan lulusan SMP. Sedangkan pemerintah sudah membuat peraturan
tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada Permendiknas No. 16 tahun 2007. Tujuan saya
membangun kampung halaman dimulai dari pendidikan anak usia dini. Karena pada usia
0-6 tahun, anak berada pada masa Golden Age dimana pertumbuhan dan perkembangan
yang dialami anak sangat pesat. Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional berkaitan dengan pendidikan anak usia dini tertulis pada pasal 28 ayat
1. Karena pentingnya pendidikan karakter pada anak sejak dini, maka dari itu,
saya berkeinginan untuk melanjutkan S2 ke Universitas Negeri Jakarta. Agar saya
bisa menggeluti dunia anak khususnya anak usia dini.
Terimakasih sudah menjadi inspirasi
ReplyDelete