Tuesday, May 21, 2019

Perempuan Itu dan Luka


Perempuan Itu dan Luka

Seorang perempuan terisak-isak disana dijejali sajak lewat pesan singkat yang menghujaninya dikala senja yang mulai menyerang. Napas yang terbata-bata diiringi raungan yang menggema membuat alam menjadi bisu. Alam tak mampu berkata bahkan berbisik tentang luka dan penawarnya. Perempuan dengan sebelah hati mulai meditasi. Meditasi dengan hati yang meronta-ronta menginginkan malam mendekapnya. Namun, hanya ada setumpuk tisu yang basah menemaninya untuk menyeka air mata.
Suasana haru hadir dihari selasa. Ketika berjibun tugas menyerbu perempuan itu dan teman-temannya. Bersama air mata yang ditahan kuat-kuat,  perempuan itu berusaha untuk mengisahkan kepedihan pada temannya. Sebelumnya perempuan itu datang dengan mata yang mulai memerah dan napas yang terlihat sesak di dadanya. Kemudian, perempuan itu memeluk salah satu temannya tanpa kata-kata dan tanpa sapaan. Ia tumpahkan air mata dan didekapan temannya.
Temannya membiarkan perempuan itu sangat lama mendekapnya sampai-sampai bajunya basah dipenuhi air mata. Temannya menunggu reda kesedihan perempuan itu kemudian berkata.
“Kamu kenapa? Ada apa?” Temannya bertanya
“Dia sedang mengukir kenangan dengan hati yang sama yang pernah ia berikan padaku” perempuan itu berkata terpatah-patah dengan isakan yang sedari tadi menemaninya.
Perempuan itu tersenyum bersama luka dihatinya dengan argumen dibenaknya dan definisi cinta dipikirannya. Lalu perempuan itu tersenyum, menghibur diri lewat candaan bersama teman-temannya. Ia berusaha tegar bersama berita yang dibawakan bunga melalui angina yang berhembus lembut.
Setelah beberapa saat perempuan itu mulai tenang sembari membalas pesan singkat dari teman-temannya nan jauh disana. Selang beberapa menit, kesedihannya pecah kembali.
“Selama 4 tahun bersama hati yang sama. Akankah sirna dengan detik dan menit beberapa saat yang kau lalui dengannya” perempuan itu berkata dengan air di pipinya.
Aku hanya bisa terdiam dan mulai meraba cinta yang begitu dahsyat kekuatannya.
“Rasa dan kesedihan yang sama bahkan cerita yang sama”. Teriakanku dalam hati.
Karena tidak ingin larut dalam kesedihan aku, perempuan itu, dan teman-temannya mulai mengambil wudhu untuk sama-sama menenangkan hati yang berbeda dengan perasaan yang ikut terpukul.
Pernah saling mencintai merupakan pengalaman hidup paling indah yang dibumbui cinta, pelangi dan bunga-bunga. Ibarat taman di pekarangan rumah dirawat dan dijaga. Ibarat pelangi indah yang hadir setelah hujan. Ibarat cinta yang begitu mempesona umat manusia.
Ketika cinta begitu pahit. Maka perahu kenangan sering dijadikan benalu dalam hidup. Sebab Duriat yang dirasakan perempuan itu begitu mendalam dan susah untuk mengganti hati dengan hati dan rasa yang asing. Seiring berjalannya waktu perempuan itu akan bangkit dan melanjutkan hidup dengan cinta yang tak pernah ia bayangkan. Mungkin, seseorang datang tidak hanya membawakan bunga melainkan mahar dan rombongan keluarga. Semoga perempuan-perempuan yang merasakan sakit bisa mengobatinya dengan penawar luka yang baru dan melupakan luka yang dulu.
 Sekian...

Perempuan Itu dan Luka Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Vita Sizu

4 komentar: