Perempuan Itu dan Luka
Seorang perempuan terisak-isak disana
dijejali sajak lewat pesan singkat yang menghujaninya dikala senja yang mulai
menyerang. Napas yang terbata-bata diiringi raungan yang menggema membuat alam
menjadi bisu. Alam tak mampu berkata bahkan berbisik tentang luka dan
penawarnya. Perempuan dengan sebelah hati mulai meditasi. Meditasi dengan hati
yang meronta-ronta menginginkan malam mendekapnya. Namun, hanya ada setumpuk
tisu yang basah menemaninya untuk menyeka air mata.
Suasana haru hadir dihari selasa. Ketika
berjibun tugas menyerbu perempuan itu dan teman-temannya. Bersama air mata yang
ditahan kuat-kuat, perempuan itu berusaha
untuk mengisahkan kepedihan pada temannya. Sebelumnya perempuan itu datang
dengan mata yang mulai memerah dan napas yang terlihat sesak di dadanya. Kemudian,
perempuan itu memeluk salah satu temannya tanpa kata-kata dan tanpa sapaan. Ia
tumpahkan air mata dan didekapan temannya.
Temannya membiarkan perempuan itu sangat
lama mendekapnya sampai-sampai bajunya basah dipenuhi air mata. Temannya menunggu
reda kesedihan perempuan itu kemudian berkata.
“Kamu kenapa? Ada apa?” Temannya bertanya
“Dia sedang mengukir kenangan dengan hati yang sama
yang pernah ia berikan padaku” perempuan itu berkata terpatah-patah dengan
isakan yang sedari tadi menemaninya.
Perempuan itu tersenyum bersama luka dihatinya
dengan argumen dibenaknya dan definisi cinta dipikirannya. Lalu perempuan itu
tersenyum, menghibur diri lewat candaan bersama teman-temannya. Ia berusaha
tegar bersama berita yang dibawakan bunga melalui angina yang berhembus lembut.
Setelah beberapa saat perempuan itu
mulai tenang sembari membalas pesan singkat dari teman-temannya nan jauh
disana. Selang beberapa menit, kesedihannya pecah kembali.
“Selama 4 tahun bersama hati yang sama. Akankah
sirna dengan detik dan menit beberapa saat yang kau lalui dengannya” perempuan
itu berkata dengan air di pipinya.
Aku hanya bisa terdiam dan mulai meraba
cinta yang begitu dahsyat kekuatannya.
“Rasa dan kesedihan yang sama bahkan cerita yang
sama”. Teriakanku dalam hati.
Karena tidak ingin larut dalam kesedihan
aku, perempuan itu, dan teman-temannya mulai mengambil wudhu untuk sama-sama
menenangkan hati yang berbeda dengan perasaan yang ikut terpukul.
Pernah saling mencintai merupakan
pengalaman hidup paling indah yang dibumbui cinta, pelangi dan bunga-bunga.
Ibarat taman di pekarangan rumah dirawat dan dijaga. Ibarat pelangi indah yang
hadir setelah hujan. Ibarat cinta yang begitu mempesona umat manusia.
Ketika cinta begitu pahit. Maka perahu
kenangan sering dijadikan benalu dalam hidup. Sebab Duriat yang dirasakan perempuan itu begitu mendalam dan susah untuk
mengganti hati dengan hati dan rasa yang asing. Seiring berjalannya waktu
perempuan itu akan bangkit dan melanjutkan hidup dengan cinta yang tak pernah
ia bayangkan. Mungkin, seseorang datang tidak hanya membawakan bunga melainkan
mahar dan rombongan keluarga. Semoga perempuan-perempuan yang merasakan sakit bisa
mengobatinya dengan penawar luka yang baru dan melupakan luka yang dulu.
Sekian...
😍
ReplyDelete😢😢
ReplyDeleteDon’t cry, don’t be shy, kamu cantik apa adanyaa
ReplyDeletepeyuuuk :(
Delete