Thursday, May 16, 2019

Aku Jatuh Cinta di Jogja


Aku Jatuh Cinta di Jogja 


Malam begitu dingin, namun diri begitu gerah. Keringat memenuhi semua ruangan. Suhu ruangan tiba-tiba naik tanpa suruhan. Memegang tangan sendiri yang panas dan basah  semenjak matahari meninggalkan diri. Aku mulai beranjak meninggalkan sebuah tempat yang dihuni oleh tiga orang. Terdengar kebisingan dan tawa dimana-mana. Aku berjalan sendirian tanpa cahaya menghampiri teman-teman yang sedang bahagia menunggu keberangkatan ke Jogja beberapa menit lagi. Menghampiri tanpa kata dan sapaan. Aku gugup, tegang dan senang. Pasalnya ini kali pertama  aku pergi ke Jogja.
Aku dan teman-teman pergi ke Jogja dalam rangka kegiatan observasi ke TK Inklusi Pelangi yang berada di Umbulharjo, Jogja. Observasi kali ini untuk memenuhi tugas mata kuliah ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) dan Penelitian PAUD. Namun bukan itu yang akan kuceritakan, kali ini akan kuceritakan kisah jatuh cintanya diriku di Jogja pada pandangan pertama. Mendengar kata jatuh cinta dan pandangan pertama membuat bulu kuduku berdiri. Karena ini merupakan kejadian langka bahkan belum pernah kualami. Mungkin sebagian orang yang mengenalku akan menertawakan judul tulisan ini. 

Kembali ke cerita awal disaat aku dan teman-teman sedang menunggu keberangkatan. Aku mulai berkerumun dengan teman-teman yang memakai baju tidur, sandal, dan jaket lengkap dengan ciput serta syal yang melingkari leher mereka. Penampilan mereka seolah olah mau berangkat ke Eropa yang sedang turun salju. Excited mereka dengan keberangkatan ke Jogja kali ini.  Sedangkan, teman-teman menatapku. Menatap pakaian yang kugunakan kemudian mereka berkata :
“Mau jogging Vit?” Gurau mereka.
Pertanyaan mereka berlandaskan penampilan diriku yang seperti seorang atlet. Pakaian yang kugunakan yaitu kaos abu-abu, celana olahraga berwarna biru dongker, Jaket dan kerudung blus lengkap dengan sepatu serta tas hitam yang kupakai. Kami tertawa bersama. Menertawakan penampilan setiap orang yang berbeda dan unik. Akhirnya aku melupakan kegugupan dan ketegangan yang sedari tadi memenuhi diri ini.
Meninggalkan perihal pakaian. Sekitar Pukul 08.00 WIB kami berangkat ke Jogja menggunakan tiga Bus Budiman ukuran 3/4. Terdiri dari Bus A yang berisi teman-teman dari kelas 3A PGPAUD dan 2 orang dosen, Bus B kelas 3B PGPAUD, dan Bus C panitia observasi dan seorang dosen. Kami melaju dengan santai dan beriringan. Diperjalanan Aku membuat Snap Whatsapp yang menandakan bahwa keberangkatanku ke Jogja. Kemudian handphone ku berdering, satu pesan masuk dari Ambu Nita. Ambu Nita merupakan bibi iparku. Isi pesannya kurang lebih seperti ini
“ Tempat yang bersih, tertata, dan indah. Selamat menikmati Jogja” kata bibi lewat pesan singkat.
Kemudian kami mulai asik membicarakan Jogja lewat pesan singkat. Setelah saling membalas pesan di Whatsapp. Kantuk mulai menyerang, membom bardir terus menerus, memaksa ku untuk terlelap dan menikmati tidur di kursi berwarna biru ini. Kuputuskan untuk menengadah menikmati perjalanan dan tidur bersamaan.

Sekitar Pukul 04.00 WIB kami sampai di Paradise Resto untuk mandi, sholat, istirahat dan makan. Setelah semuanya selesai dan teman-teman telah siap dengan pakaian batiknya masing-masing kami melanjutkan perjalanan menuju TK Inklusi Pelangi. Kulihat Jogja dari jendela yang tak bisa dibuka. Ku pandangi jendela terus menerus dan tak bosan-bosan ku ganggu teman yang ada disampingku dengan kata-kata “Lihat itu” sambil menunjuk semua hal yang menurutku menakjubkan. Didalam hati ku berkata
“Ingin kuhirup udara Jogja” namun tidak bisa. Bus itu kendaraan yang jendelanya tidak bisa dibuka beda halnya dengan elf yang kunaiki setiap mudik ke kampung halaman.

Ditengah perjalanan kisahku dimulai. Selama perjalanan mata ini terbelalak melihat keindahan disana. Kulihat beberapa kali untuk memastikan penglihatanku. Kiri dan Kanan ku lihat baik-baik, semua begitu menakjubkan. tertibnya lalu lintas disana. Saya berpendapat tertib lalu lintas karena melihat sepanjang jalan orang-orang memakai helm, tidak menerobos lampu merah, polisi lalu lintas bertebaran dimana-mana, dan saat lampu merah berganti kuning kemudian hijau orang-orang sabar menunggu kendaraannya jalan terlebih dahulu tanpa harus membunyikan klakson
Aku jatuh cinta untuk pertama kalinya. Tak pernah ku rasakan hal yang begitu menggebu dalam hidup. Jantung ini berdegup kencang seperti telah menemukan kecepatan maksimal. Kemudian pandangan ini tak bisa berpaling walau hanya sedetik. Berpaling melihatnya yang indah nan jauh diluar jendela. Mataku berkaca-kaca seperti berbicara bahwa aku mencintainya. Hati pun ikut berbicara seolah-olah menebar virus cinta dalam tubuh ini.
“Kamu harus kembali ke Jogja suatu saat nanti!.”
“Apakah kamu ingin tinggal disini?”
“Kamu harus tinggal disini!”
Percakapan singkat antara hati dan diri.

Mencintai pada pandangan pertama merupakan momen tersulit dalam hidup. Tidak hanya mencintai tetapi diri ini menginginkan sesuatu yang lebih dari cinta. Aku jatuh cinta di Jogja bukan pada seseorang namun pada sesuatu. Ku mencintai aura yang dimiliki Jogja. Seperti ada magnet yang mengharuskan aku untuk memuji dan mencintai Jogja dengan sepenuhnya.
Mencintai Jogja seutuhnya mengingatkanku pada Agustus. Agustus yang ku ingat empat tahun lalu. Ternyata Agustus juga menemui Jogja. Aku tak ingin jika dia mencintai Jogja. Cukuplah aku yang jatuh cinta di Jogja.
Andaikan Aku, Agustus dan Jogja bertemu. Aku takut.
Sekian…


Aku Jatuh Cinta di Jogja Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Vita Sizu

6 komentar: