Aku Jatuh Cinta di Jogja
Malam begitu dingin, namun diri begitu
gerah. Keringat memenuhi semua ruangan. Suhu ruangan tiba-tiba naik tanpa
suruhan. Memegang tangan sendiri yang panas dan basah semenjak matahari meninggalkan diri. Aku mulai
beranjak meninggalkan sebuah tempat yang dihuni oleh tiga orang. Terdengar kebisingan
dan tawa dimana-mana. Aku berjalan sendirian tanpa cahaya menghampiri
teman-teman yang sedang bahagia menunggu keberangkatan ke Jogja beberapa menit
lagi. Menghampiri tanpa kata dan sapaan. Aku gugup, tegang dan senang. Pasalnya
ini kali pertama aku pergi ke Jogja.
Aku dan teman-teman pergi ke Jogja dalam
rangka kegiatan observasi ke TK Inklusi Pelangi yang berada di Umbulharjo,
Jogja. Observasi kali ini untuk memenuhi tugas mata kuliah ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) dan Penelitian PAUD. Namun bukan itu yang akan
kuceritakan, kali ini akan kuceritakan kisah jatuh cintanya diriku di Jogja
pada pandangan pertama. Mendengar kata jatuh cinta dan pandangan pertama membuat
bulu kuduku berdiri. Karena ini merupakan kejadian langka bahkan belum pernah
kualami. Mungkin sebagian orang yang mengenalku akan menertawakan judul tulisan
ini.
Kembali ke cerita awal disaat aku dan
teman-teman sedang menunggu keberangkatan. Aku mulai berkerumun dengan teman-teman
yang memakai baju tidur, sandal, dan jaket lengkap dengan ciput serta syal yang
melingkari leher mereka. Penampilan mereka seolah olah mau berangkat ke Eropa
yang sedang turun salju. Excited mereka
dengan keberangkatan ke Jogja kali ini.
Sedangkan, teman-teman menatapku. Menatap pakaian yang kugunakan
kemudian mereka berkata :
“Mau jogging Vit?” Gurau mereka.
Pertanyaan mereka berlandaskan penampilan
diriku yang seperti seorang atlet. Pakaian yang kugunakan yaitu kaos abu-abu, celana
olahraga berwarna biru dongker, Jaket dan kerudung blus lengkap dengan sepatu
serta tas hitam yang kupakai. Kami tertawa bersama. Menertawakan penampilan
setiap orang yang berbeda dan unik. Akhirnya aku melupakan kegugupan dan
ketegangan yang sedari tadi memenuhi diri ini.
Meninggalkan perihal pakaian. Sekitar
Pukul 08.00 WIB kami berangkat ke Jogja menggunakan tiga Bus Budiman ukuran
3/4. Terdiri dari Bus A yang berisi teman-teman dari kelas 3A PGPAUD dan 2
orang dosen, Bus B kelas 3B PGPAUD, dan Bus C panitia observasi dan seorang
dosen. Kami melaju dengan santai dan beriringan. Diperjalanan Aku membuat Snap
Whatsapp yang menandakan bahwa keberangkatanku ke Jogja. Kemudian handphone ku
berdering, satu pesan masuk dari Ambu Nita. Ambu Nita merupakan bibi iparku.
Isi pesannya kurang lebih seperti ini
“ Tempat yang bersih, tertata, dan indah. Selamat
menikmati Jogja” kata bibi lewat pesan singkat.
Kemudian kami mulai asik membicarakan Jogja lewat
pesan singkat. Setelah saling membalas pesan di Whatsapp. Kantuk mulai
menyerang, membom bardir terus menerus, memaksa ku untuk terlelap dan menikmati
tidur di kursi berwarna biru ini. Kuputuskan untuk menengadah menikmati
perjalanan dan tidur bersamaan.
Sekitar Pukul 04.00 WIB kami sampai di
Paradise Resto untuk mandi, sholat, istirahat dan makan. Setelah semuanya
selesai dan teman-teman telah siap dengan pakaian batiknya masing-masing kami
melanjutkan perjalanan menuju TK Inklusi Pelangi. Kulihat Jogja dari jendela
yang tak bisa dibuka. Ku pandangi jendela terus menerus dan tak bosan-bosan ku
ganggu teman yang ada disampingku dengan kata-kata “Lihat itu” sambil menunjuk
semua hal yang menurutku menakjubkan. Didalam hati ku berkata
“Ingin kuhirup udara Jogja” namun tidak bisa. Bus
itu kendaraan yang jendelanya tidak bisa dibuka beda halnya dengan elf yang
kunaiki setiap mudik ke kampung halaman.
Ditengah perjalanan kisahku dimulai.
Selama perjalanan mata ini terbelalak melihat keindahan disana. Kulihat
beberapa kali untuk memastikan penglihatanku. Kiri dan Kanan ku lihat
baik-baik, semua begitu menakjubkan. tertibnya lalu lintas disana. Saya
berpendapat tertib lalu lintas karena melihat sepanjang jalan orang-orang
memakai helm, tidak menerobos lampu merah, polisi lalu lintas bertebaran
dimana-mana, dan saat lampu merah berganti kuning kemudian hijau orang-orang
sabar menunggu kendaraannya jalan terlebih dahulu tanpa harus membunyikan
klakson
Aku jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Tak pernah ku rasakan hal yang begitu menggebu dalam hidup. Jantung ini
berdegup kencang seperti telah menemukan kecepatan maksimal. Kemudian pandangan
ini tak bisa berpaling walau hanya sedetik. Berpaling melihatnya yang indah nan
jauh diluar jendela. Mataku berkaca-kaca seperti berbicara bahwa aku mencintainya.
Hati pun ikut berbicara seolah-olah menebar virus cinta dalam tubuh ini.
“Kamu harus kembali ke Jogja suatu saat nanti!.”
“Apakah kamu ingin tinggal disini?”
“Kamu harus tinggal disini!”
Percakapan singkat antara hati dan diri.
Mencintai pada pandangan pertama
merupakan momen tersulit dalam hidup. Tidak hanya mencintai tetapi diri ini
menginginkan sesuatu yang lebih dari cinta. Aku jatuh cinta di Jogja bukan pada
seseorang namun pada sesuatu. Ku mencintai aura yang dimiliki Jogja. Seperti
ada magnet yang mengharuskan aku untuk memuji dan mencintai Jogja dengan
sepenuhnya.
Mencintai Jogja seutuhnya mengingatkanku
pada Agustus. Agustus yang ku ingat empat tahun lalu. Ternyata Agustus juga
menemui Jogja. Aku tak ingin jika dia mencintai Jogja. Cukuplah aku yang jatuh
cinta di Jogja.
Andaikan Aku, Agustus dan Jogja bertemu.
Aku takut.
Sekian…
Amazing, sukses terus kawan !
ReplyDeletesemangat terus kaka💐
ReplyDeleteMantulll kaka... Ditunggu cerita berikutnyaa 😍😍😍
ReplyDeleteAwokwokwok
ReplyDeleteAwokwokwok
ReplyDelete😍😍😍 jadi pengen ke Jogja. Udah punya temen orang Jogja, semoga dia ngajak😆 mumping libur
ReplyDelete