Suara
Hati untuk Mamah
Secangkir kopi kunikmati
perlahan ditemani sajak-sajak manis yang pernah kutulis. Dihimpitan bait
kutemukan kalimat asing yang tak kunjung kukenali. Setelah ku eja berkali-kali,
diri ini tak pernah sadar merangkai sajak itu.
“Apakah kalimat ini
asing? Atau lari dari ingatanku ya?”
Tak ingin kularut dalam
pikiran yang menguras energi ini. Kuputuskan untuk melanjutkan tulisan yang
kupersembahkan untuk mamah. Tulisan ini tidak berisikan pujian atau keluhan.
Aku hanya ingin mengutarakan perasaanku lewat kata-kata. Karena
ketidakmampuanku mengatakan langsung perasaan ini.
“Mah, aku sakit…” ujarku
dalam hati
Tak kuasa kuutarakan.
Setelah kuamati, rupanya mamah lebih sakit menahan tikaman manusia-manusia itu
pada anak-anakmu ini. Anakmu yang merasa sakit ini, ternyata hanya goresan
ringan yang didapatkannya. Semua bambu runcing itu ternyata menusuk mamah
berkali-kali. Melukai mamah terus menerus, dan mengotori ingatanmu mah.
“Mah, maafkan aku…”
Rupanya tikaman yang kau
terima adalah perbuatanku. Lebam-lebam itu ternyata ulahku. Semua penderitaanmu,
akulah dalangnya. Diujung hati ini tak pernah kuinginkan dirimu semenderita
ini.
“Kebahagiaan yang ingin
kulimpahkan apakah membawa malapetaka karena ambisi anakmu ini mah?”
“Tetaplah menjadi pribadi
yang membumi dan jadilah langit dengan doa-doa yang telah melangit”. Ucap
Mamahku.
“Kita mungkin bukan apa-apa
dan bukan siapa-siapa. Hanya keluarga sederhana yang penuh keterikatan,
limpahan kasih sayang, namun sedikit berkata dalam ungkapan rasa cinta. Tapi,
Percayalah setiap Tindakan satu sama lain sangat mengandung keberlimpahan cinta
dan kasih sayang.” Ucapku dalam hati
“mah, aku tak sebaik yang
mamah lihat”
“tapi, aku juga tak
seburuk yang orang lain bilang”
Mah, jangan pernah
mengingat kesalahanku, jangan bicarakan keburukanku padaku atau pada
adik-adikku. Aku hanya ingin kita dipenuhi kebahagiaan dan kebaikan. Atau
bahkan obrolan kita berisikan mimpi-mimpi dan rencana masa depan kita.
Jatuh bangun kuusahakan
agar memori kesalahanku terhapus.
Mah, aku tak pernah
peduli pandangan orang lain terhadap anakmu ini. Aku berlari sejauh ini agar
aku bisa menjadi anak yang mamah harapkan. Meskipun hanya sebatas ini mampuku.
Mah, apakah aku harus
menjadi seorang professor agar bisa mamah banggakan? Ataukah menjadi seseorang
yang kaya raya agar hinaan orang-orang tak bisa menembus kita? Atau menjadi perempuan
sholehah untuk syurga kita nanti? Atau seperti apa mah?
Mah, lupakan semuanya, kesalahanku,
keegoisanku, keserakahanku, dan tindakanku yang diluar kendali akal sehatku. Kita
mulai Kembali yaaa
Meskipun gonggongan
orang-orang itu menyalahkanmu mah, mamah tetap dewaku, syurgaku, dan
kebahagiaanku. Manusia-manusia itu melimpahkan kejahatannya dengan menyalahkan
mamah. Itu semua tidak benar. Aku tau itu mah. Biar Tuhan yang bekerja mah, meskipun
orang-orang itu berkoar-koar mereka tak berdosa dan kitalah yang telah membuat
kerusakan. Tapi hati kecil mereka tidak akan pernah bisa berdusta. Didasar hatinya
mereka pasti dipenuhi ketakutan dan rasa bersalah.
Kita cukup diam dan
melanjutkan hidup dengan kebahagiaan yang kita miliki. Tak perlu kita
mengonfirmasi tragedi mengerikan itu. Kita cukup berobat dan sembuh kemudian
bangkit untuk melanjutkan hidup. Manusia-manusia itu tak perlu kita beri
perhatian.
Mah, Ayo kita sembuh
bersama…
jadi teringet mama ku :)
ReplyDeletePeyuuuk Jauuuh :)
DeletePeluk hangat untuk setiap anak pertama yang memiliki banyak keluh kesah tapi tak mampu untuk diungkap
ReplyDeleteSemangat :)
Deletemelow saat baca lagi
ReplyDeleteSemoga kuat anak-anak harapan orang tua
ReplyDelete