Friday, January 5, 2024

Suara Hati untuk Mamah

 

Suara Hati untuk Mamah



Secangkir kopi kunikmati perlahan ditemani sajak-sajak manis yang pernah kutulis. Dihimpitan bait kutemukan kalimat asing yang tak kunjung kukenali. Setelah ku eja berkali-kali, diri ini tak pernah sadar merangkai sajak itu.

“Apakah kalimat ini asing? Atau lari dari ingatanku ya?”

Tak ingin kularut dalam pikiran yang menguras energi ini. Kuputuskan untuk melanjutkan tulisan yang kupersembahkan untuk mamah. Tulisan ini tidak berisikan pujian atau keluhan. Aku hanya ingin mengutarakan perasaanku lewat kata-kata. Karena ketidakmampuanku mengatakan langsung perasaan ini.

“Mah, aku sakit…” ujarku dalam hati

Tak kuasa kuutarakan. Setelah kuamati, rupanya mamah lebih sakit menahan tikaman manusia-manusia itu pada anak-anakmu ini. Anakmu yang merasa sakit ini, ternyata hanya goresan ringan yang didapatkannya. Semua bambu runcing itu ternyata menusuk mamah berkali-kali. Melukai mamah terus menerus, dan mengotori ingatanmu mah.

“Mah, maafkan aku…”

Rupanya tikaman yang kau terima adalah perbuatanku. Lebam-lebam itu ternyata ulahku. Semua penderitaanmu, akulah dalangnya. Diujung hati ini tak pernah kuinginkan dirimu semenderita ini.

“Kebahagiaan yang ingin kulimpahkan apakah membawa malapetaka karena ambisi anakmu ini mah?”

“Tetaplah menjadi pribadi yang membumi dan jadilah langit dengan doa-doa yang telah melangit”. Ucap Mamahku.

“Kita mungkin bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Hanya keluarga sederhana yang penuh keterikatan, limpahan kasih sayang, namun sedikit berkata dalam ungkapan rasa cinta. Tapi, Percayalah setiap Tindakan satu sama lain sangat mengandung keberlimpahan cinta dan kasih sayang.” Ucapku dalam hati

“mah, aku tak sebaik yang mamah lihat”

“tapi, aku juga tak seburuk yang orang lain bilang”

Mah, jangan pernah mengingat kesalahanku, jangan bicarakan keburukanku padaku atau pada adik-adikku. Aku hanya ingin kita dipenuhi kebahagiaan dan kebaikan. Atau bahkan obrolan kita berisikan mimpi-mimpi dan rencana masa depan kita.

Jatuh bangun kuusahakan agar memori kesalahanku terhapus.

Mah, aku tak pernah peduli pandangan orang lain terhadap anakmu ini. Aku berlari sejauh ini agar aku bisa menjadi anak yang mamah harapkan. Meskipun hanya sebatas ini mampuku.

Mah, apakah aku harus menjadi seorang professor agar bisa mamah banggakan? Ataukah menjadi seseorang yang kaya raya agar hinaan orang-orang tak bisa menembus kita? Atau menjadi perempuan sholehah untuk syurga kita nanti? Atau seperti apa mah?

Mah, lupakan semuanya, kesalahanku, keegoisanku, keserakahanku, dan tindakanku yang diluar kendali akal sehatku. Kita mulai Kembali yaaa

Meskipun gonggongan orang-orang itu menyalahkanmu mah, mamah tetap dewaku, syurgaku, dan kebahagiaanku. Manusia-manusia itu melimpahkan kejahatannya dengan menyalahkan mamah. Itu semua tidak benar. Aku tau itu mah. Biar Tuhan yang bekerja mah, meskipun orang-orang itu berkoar-koar mereka tak berdosa dan kitalah yang telah membuat kerusakan. Tapi hati kecil mereka tidak akan pernah bisa berdusta. Didasar hatinya mereka pasti dipenuhi ketakutan dan rasa bersalah.

Kita cukup diam dan melanjutkan hidup dengan kebahagiaan yang kita miliki. Tak perlu kita mengonfirmasi tragedi mengerikan itu. Kita cukup berobat dan sembuh kemudian bangkit untuk melanjutkan hidup. Manusia-manusia itu tak perlu kita beri perhatian.

Mah, Ayo kita sembuh bersama…

 

Suara Hati untuk Mamah Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Vita Sizu

6 komentar: