“Semesta yang Diharapkan Tidak Berubah Cuaca”
Di lautan air mata yang telah kutumpahkan.
Aku ingin mengucapkan selamat tinggal pada semesta yang telah pergi
dimakan waktu. Sungguh tak pernah terbersit sebuah cerita tercipta. Semesta tiba-tiba hadir, singgah, kemudian pergi.
Cerita ini berawal dari
ketidaksengajaan dan kekosongan yang sedang menggerogoti. Seakan semesta membawa
penawar untuk hidup yang kosong ini. Aku membuka diri seluas-luasnya menyambut kedatangannya. Kusingkirkan
ketakutan dan benteng yang telah kubangun bertahun-tahun ini.
Selama 5 tahun terakhir, aku sedang
berobat jalan pada Tuhan untuk menyembuhkan luka-lukaku. Aku berdarah-darah dan
tanpa kuasa menjalani kehidupan selepas kuteguk wewangian yang memabukan itu. Tak sengaja kutemukan
sebuah botol yang semerbak wanginya sehingga aku tergoda menyicipinya. Karena
rasanya yang sangat manis, kuputuskan untuk menghambiskan minuman dibotol itu.
Bak Habis gelap terbitlah terang. Hadirlah
semesta yang menawarkan obat untuk luka-luka hebat ini. Nyatanya itu seperti
kokain yang sengaja aku minum dengan dosis yang berlebihan. Sembuh ini ternyata
hanya ilusi. Nyatanya sakitku makin menggila.
Awalnya, semesta hadir menawarkan cuaca indah
dan mengagumkan. Laksana pelangi setelah badai melanda. Semesta memberi penawar
untuk kegilaanku. Seakan dicabut satu persatu sakit yang dirasakan. Semesta
membuat candu yang berlebihan membuat aku percaya bahwa Semesta adalah tuan
yang selama ini aku nantikan.
Diawal pertemuan aku selalu melontarkan penolakan untuk memberikan
kunci, semesta tetap berusaha meyakinkan. Meyakinkan
bahwa setiap masalah ada jalan keluarnya.
“Dan halangan apa yang membuat kita tidak bisa
bersama? Kita cari solusinya.” Ujar semesta.
Hati mana yang tidak luluh dengan apa yang
semesta ucapkan dan yang dilakukannya. Akhirnya kunci yang berkarat ini aku
berikan. Karatnya mulai luntur dan bermetamorfosis menjadi kunci baru.
Bebalnya aku, kutelan mentah-mentah janji dan
kata-katanya. Aku terlalu percaya bahwa semesta tidak akan pernah berubah cuaca. Ternyata semesta hanya
berisikan petir, angin, dan hujan badai. Tak pernah kutemui Pelangi atau musim
semi. Ternyata bunga-bunga yang berjatuhan kemarin adalah musim gugur yang
indah namun dibalik itu menggunduli pohon-pohon yang telah kokoh bertahun-tahun
ini.
Ternyata cuacanya yang cerah menyimpan gemuruh
dan kilatan yang begitu menyakitkan.
“Apakah semesta tidak merasa setiap bait
puisinya berlainan arah dengan bahasa tubuhnya?”
“Ataukah semesta tidak tau diri?”
“Ataukah diri ini yang dianggapnya hina?”
“ataukah semua kelemahanku membuat semesta
merasa berkuasa?”
Semesta menamparku ribuan kali namun
aku tak pernah menjadi orang sadar yang memahami iklim disekitarnya. Aku tetap
gila dengan seribu perasaan yang menutup mata dan logika ini. Gilanya aku,
semua kekuatan dan tenaga kuberikan pada semesta. Tersisa kekurangan dan
kelemahan yang kupeluk pelan-pelan agar tidak melukaiku.
Ribuan hari telah kulalui dengan
segudang pertanyaan kenapa semesta mengubah cuacanya. Miliaran detik kuisi dengan peperangan
antara pikiran dan perasaan yang tak pernah satu pandangan. Aku kalut, dengan perasaan yang
berantakan. Aku tidak bisa mengangkat kepalaku. Semuanya runtuh oleh
perubahan cuaca yang tiba-tiba. Semuanya porak poranda oleh angin yang semesta
ciptakan.
Tak bisa kubedakan apakah ini siang hari atau
sudah malam hari. Setiap detik seakan setahun kujalani. Aku tak mampu berjalan
dengan benar. berdiri tegakpun aku tak sanggup. Tulang-tulangku serasa patah
bersamaan. Kulalui hari seakan memakan bebatuan, insomnia yang menghampiri, dan
pikiran jahat menyakiti diri sendiri.
Aku membenci mata ini yang terus mencari
semesta disudut-sudut jalan. Aku membenci aroma yang mengingatkanku pada
semesta. Aku membenci lagu-lagu
favoritku, warna favoritku, dan setiap keindahan yang pernah kuberitahu pada
semesta. Sialnya kebencian pada semesta tak pernah hadir.
Ternyata benci itu hanya inginku, didasar hati
ini tak bisa kutanamankan kebencian pada semesta yang telah memberiku bahan
bakar untuk kembali membangun bangunan yang belum rampung ini. Namun seluruh
diri ini ingin menghapus semesta pada kehidupan ini.
Kupikirkan baik-baik adakah hal yang
bisa membuatku membenci semesta. Serentetan kejadian, janji, bahkan tindakan yang
harusnya membuat diri ini menghindari bahkan tidak seharusnya berinteraksi kembali. Namun, diujung hati paling
jauh harapan selalu muncul kepermukaan. Kebencian yang direncanakan tidak
pernah terjadi.
Semenjak diri sadar tidak bisa
membenci dan memusnahkan yang berbau semesta. Aku putuskan untuk
menjauhi dan menutup pintu untuk aroma yang mengingatkanku pada semesta. Aku
berusaha Ikhlas dan belajar ridho untuk lepas dan melepaskan. Mulai saat itu, aku berperang dengan
diri sendiri. Melawan perasaan, pikiran, dan tindakan yang membawaku pada semesta.
Saat ini, aku telah berhenti. Tak akan
kulalui hari-hari berat kemarin. Aku akan meninggalkan semesta dengan semua
cuacanya. Akan kususun kembali kehidupan yang telah runtuh ini. Aku akan kembali membangun
mimpi-mimpi. Akan
kumulai dari pondasi diri untuk belajar berdiri dengan tegap dan tanpa rasa
rendah diri.
Aku berharap semesta tidak pernah
menampakan cuacanya
dalam bentuk
apapun. Nama, berita, bahkan pertemuan jangan pernah menghampiriku. Aku telah berdamai dengan segala kerusakan
yang ada. Tugasku adalah membersihkan dedaunan yang telah berguguran, salju
yang telah menumpuk, dan air hujan yang menggenang. Kemudian kususun pelangi
dan musim semi untuk diriku sendiri.
Selamat datang Aku yang baru…
Semangat cece,kamu sangat berharga,kamu istimewađź’—
ReplyDeletemakasiii de iiir. peyuuuk jauuh :)
DeleteLuarbiasa... di balik kebisuan ternyata ada suara yg lantang menggema. Sayang hanya diri sendiri yg mendengarnya....
ReplyDeleteAlhamdulillah selalu ada Tuhan yang tidak pernah bosan mendengarkan jeritan ini hhe
DeleteTenang, kelak akan datang kebahagiaan pada diri yang senantiasa yakin pada Sang pemilik semesta. Semangattt!
ReplyDeleteKabar buruknya adalah waktu terus melayang. Kabar baiknya, kamu adalah pilotnya. Ayo handle diri dan perasaan sendiri ke arah yg lebih baik
ReplyDeleteself control harus ditingkatna niiih
Delete